Dengan DolphinGemma AI, Manusia Bisa Bicara dengan Lumba-lumba

DolpbinGemma AI memungkinkan manusia memahami komunikasi lumba-lumba, membuka era baru interaksi antarspesies.

Day Milovich
35 Views
5 Min Read

Pada 14 April 2025, bertepatan dengan Hari Lumba-Lumba Nasional, Google DeepMind bersama Wild Dolphin Project (WDP) dan Georgia Institute of Technology memperkenalkan DolphinGemma, sebuah model AI yang dirancang untuk memecahkan kode komunikasi lumba-lumba tutul Atlantik di perairan Bahama. Dipimpin oleh Dr. Denise Herzing, pendiri WDP, proyek ini menganalisis vokalisasi seperti klik, siulan, dan suara pulsa untuk mencari pola mirip bahasa. Teknologi ini, yang menggunakan sistem CHAT (Cetacean Hearing Augmentation Telemetry), bertujuan menciptakan kosa kata bersama antara manusia dan lumba-lumba, memungkinkan komunikasi dua arah. Tujuannya bukan hanya memahami kecerdasan hewan, tetapi juga mendukung konservasi dengan mendengar “suara” mereka tentang ancaman lingkungan.

Di perairan Bahama, teknologi AI bernama DolphinGemma sedang mengubah cara manusia memahami lumba-lumba. Diluncurkan pada April 2025, sistem ini mengurai siulan dan klik lumba-lumba untuk mengungkap pola komunikasi mereka. Dengan potensi untuk “berbicara” dengan hewan, teknologi ini bisa memperkuat upaya konservasi dan membangun empati manusia terhadap alam.

AI Memecahkan Kode Suara Lumba-Lumba
Google DeepMind meluncurkan DolphinGemma, teknologi AI untuk memahami komunikasi lumba-lumba, membuka era baru interaksi antarspesies. Kolaborasi dengan Wild Dolphin Project dan Georgia Tech ini menganalisis siulan dan klik lumba-lumba di Bahama. Teknologi ini berpotensi merevolusi konservasi dan memperdalam hubungan manusia dengan hewan.

Dr. Denise Herzing, pendiri WDP, mengatakan: “Kami belum tahu apakah hewan memiliki kata-kata. Lumba-lumba bisa mengenali diri mereka di cermin, mereka menggunakan alat, jadi mereka cerdas – tapi bahasa masih menjadi penghalang terakhir. Jadi, memasukkan suara lumba-lumba ke dalam model AI akan memberi kami gambaran yang sangat baik tentang apakah ada pola, kehalusan yang tidak bisa kami tangkap sebagai manusia.”

Bayangkan ketika manusia menyelam di laut Bahama, mengenakan perangkat CHAT seperti gelang pintar yang merekam siulan lembut lumba-lumba. Suara itu langsung masuk ke DolphinGemma, yang berjalan di ponsel Google Pixel 9 Anda. Layar menampilkan pesan: “Siulan ini memanggil teman.” Penyelam ini bisa memainkan suara buatan dari CHAT, dan lumba-lumba mendekat, seolah menjawab. Ini seperti mengobrol dengan spesies lain, menghubungkan dunia manusia dan hewan dengan cara yang belum pernah ada sebelumnya.

Upaya memahami komunikasi hewan bukan hal baru—pada 1970-an, gorila Koko diajari bahasa isyarat, meski pendekatan itu dikritik karena terlalu manusia-sentris. Pada 1985, Dr. Denise Herzing mendirikan WDP untuk mempelajari lumba-lumba secara alami, mengumpulkan data akustik selama hampir empat dekade.

Terobosan terjadi pada 2013, ketika WDP menggunakan pembelajaran mesin untuk mengenali siulan lumba-lumba yang terkait dengan objek tertentu.

DolphinGemma, yang diumumkan pada 2025, adalah lompatan besar. Dibangun dari model Gemma Google, teknologi ini dilatih dengan arsip WDP untuk memprediksi urutan suara lumba-lumba, mirip cara AI memahami bahasa manusia. Google DeepMind menyumbang teknologi audio SoundStream, sementara Georgia Tech menyempurnakan sistem CHAT, yang kini cukup ringkas untuk dioperasikan dari ponsel.

Di Masa Depan, Manusia dan Lumba-lumba Bisa Berbicara

Jika teknologi ini berkembang, manusia mungkin benar-benar bisa “berbincang” dengan lumba-lumba, menggunakan kosa kata bersama untuk bertukar pesan sederhana. Bayangkan petugas konservasi mendengar “stres” dalam suara lumba-lumba akibat kapal bising, lalu membuat zona laut yang lebih aman. Kebun binatang bisa memahami kebutuhan hewan, meningkatkan kesejahteraan mereka. Publik akan melihat hewan sebagai makhluk dengan komunikasi kompleks, mendorong perlindungan lingkungan yang lebih kuat—mengurangi perburuan atau kerusakan habitat.

Bahkan, ilmuwan seperti Dr. Herzing berpikir teknologi ini bisa menjadi langkah awal untuk berkomunikasi dengan kehidupan ekstraterestrial suatu hari nanti.

Sementara, Ekspresi Sederhana

Meski menjanjikan, teknologi ini bukan tanpa masalah. Para ahli, seperti zoolog Arik Kershenbaum, memperingatkan bahwa komunikasi lumba-lumba mungkin tidak setara dengan bahasa manusia, mungkin hanya ekspresi emosi sederhana. Kualitas data juga jadi kendala—suara bising di laut bisa mengacaukan analisis AI. Ada pula risiko etis: jika komunikasi dua arah tercapai, apakah manusia akan mengeksploitasi hewan alih-alih melindungi mereka?

Organisasi seperti Earth Species Project sedang menyusun pedoman untuk memastikan teknologi ini digunakan demi konservasi. Selain itu, model AI seperti DolphinGemma sering kali tidak transparan, menyulitkan peneliti untuk memvalidasi hasilnya.

DolphinGemma adalah jendela menuju dunia lumba-lumba, membawa manusia lebih dekat untuk memahami bahasa mereka. Dari Bahama hingga laboratorium AI, kolaborasi ini menunjukkan kekuatan teknologi untuk menjembatani spesies. Meski tantangan ada, potensi untuk memperkuat konservasi dan membangun empati antarspesies membuat masa depan terasa penuh harapan. Suatu hari, percakapan dengan lumba-lumba bisa menjadi kenyataan, mengubah cara kita hidup berdampingan dengan alam.

Share This Article
Follow:
Webmaster, artworker, penulis, tinggal di Rembang dan Semarang.