INDORAYA – Kondisi para demonstran Prancis semakin memanas setelah Presiden Emmanuel Macron yang menaikan batas usia pensiun dari 62 menjadi 64 tahun, dengan memanfaatkan wewenang konstitusional khusus yang disebut “Pasal 49.3.”
Pasal 49 paragraf 3 Konstitusi Prancis memberi pemerintah wewenang untuk meloloskan rancangan undang-undang tanpa melalui proses pemungutan suara di Majelis Nasional, majelis rendah parlemen Prancis, setelah dipertimbangkan dalam pertemuan kabinet.
Selain usia minimum pensiaun, beberapa pekerja sektor publik akan kehilangan hak istimewa. Selain itu, akan ada percepatan peningkatan jumlah tahun kerja yang diperlukan untuk memenuhi syarat untuk pensiun penuh.
Manuvernya yang tidak populer ini pun memicu demonstrasi dan juga kerusuhan di berbagai kota Negeri Baguette. Para demonstran itu tergabung dalam serikat pekerja dan bertekad akan terus memprotes Macron hingga keputusan itu dicabut.
“Mundur! Berhenti!,” teriak anggota partai kiri radikal France Unbowed saat Perdana Menteri Elizabeth Borne berpidato. Ini akhirnya sesi harus ditangguhkan karena suaranya tidak terdengar.
Tak lama kemudian, ribuan orang berkumpul dalam protes spontan di Place de la Concorde di pusat kota, karena serikat pekerja berjanji untuk mengintensifkan pemogokan dan demonstrasi jalanan yang telah berlangsung sejak Januari.
“Memaksa melalui undang-undang menunjukkan penghinaan terhadap rakyat,” tutur Kepala serikat pekerja CGT, Philippe Martinez, kepada The Guardian.
Polisi menembakkan gas air mata dan meriam air serta menyerbu dalam upaya membubarkan massa pada Kamis malam, ketika beberapa pengunjuk rasa melemparkan batu. Di beberapa kota Prancis lainnya termasuk Marseille juga terjadi protes spontan menentang reformasi.
Berdasarkan laporan Le Figaro, polisi telah menangkap 120 orang di Paris. Seorang petugas polisi juga dilaporkan terluka dalam satu kebuntuan dengan pengunjuk rasa.
Dengan kebuntuan politik dan demonstrasi ini, oposisi akan menyerukan mosi tidak percaya pada pemerintah dalam 24 jam ke depan. Apakah ini bisa lolos akan tergantung pada sikap partai-partai oposisi yang terpolarisasi.
Mosi tidak percaya apapun akan membutuhkan dukungan dari Les Républicains kanan untuk lolos, tetapi pemimpin partai itu, Éric Ciotti, mengatakan tidak akan mendukung pemungutan suara tersebut.
Macron tidak memberikan komentar publik tetapi AFP mengungkapkan dia memberikan kata-kata tegas pada rapat kabinet tertutup
“Anda tidak dapat bermain dengan masa depan negara,” ujarnya.
Jajak pendapat menunjukkan bahwa dua pertiga warga Prancis menentang perubahan batas usia pensiun tersebut.
Pekerja transportasi, pekerja energi, buruh pelabuhan, guru, dan pekerja sektor publik, termasuk staf museum, telah melakukan pemogokan dalam beberapa pekan terakhir. Selain itu, pemogokan pemungut sampah yang berkelanjutan telah menyebabkan lebih dari 7.000 ton sampah menumpuk di separuh Paris.