Begitu juga dengan para penjual atribut bendera musiman yang tidak ingin melewatkan momen tersebut. Setiap kali menjelang hari kemerdekaan, mereka mulai bermunculan di pinggir-pinggir jalan dan setiap sudut kota.
Tidak terkecuali di Kota Semarang. Para penjual atribut kemerdekaan sudah dijumpai di pinggiran jalan sejak akhir Juli lalu. Mereka memasang bendera, membentangkan umbul-umbul, serta menyediakan pernak-pernik lainnya yang semuanya berwarna merah putih.
Pada siang itu, Rabu (3/8/2022), Luki tengah sibuk melayani pelanggan yang membeli bendera merah putih. Kedua tangannya tampak terampil melipat dan mengemasi barang dagangannya. Ia berjualan di Jalan Pamularsih, Semarang Barat, sejak 28 Juli lalu.
Lelaki berusia 28 tahun itu datang jauh-jauh dari Garut, Jawa Barat, hanya untuk menjajal peluang berjualan di Kota Semarang. Meskipun sudah lama menjadi penjual musiman, namun baru kali ini ia berjualan di ibu kota Provinsi Jawa Tengah.
Sementara pada tahun-tahun sebelumnya, ia lebih sering menjual bendera dan atribut kemerdekaan di Jakarta. Tepatnya sudah delapan kali tiap menjelang 17 Agustus.
“Memang jualannya musiman di luar kota. Sebelumnya di Jakarta dulunya. Kali ini di sini (Semarang). Ini pengen tahu aja di sini gimana peluangnya, cek ombak gitu,” katanya saat diwawancarai usai melayani pembeli, Rabu (3/8/2022).
Barang dagangan yang ia bawa dari Garut berjumlah enam karung. Adapun harga bendera jualannya berbeda-beda, tergantung ukuran. Untuk ukuran kecil (90 x 60 cm) harganya Rp. 30 ribu, sedang (120x 80 cm) Rp. 43 ribu, serta ukuran besar (180 x 120 cm) seharga Rp 65 ribu.
Menurutnya, penjualan di Semarang terbilang ramai. Baru tujuh hari berjualan, atribut bendera yang terjual sudah mencapai dua karung. Perhari, ia mendapatkan lebih dari 15 pelanggan.
“Di Semarang ini ramai, alhamdulillah. Seneng pastinya, soalnya ini baru mulai jualan lagi. Kalau dua tahun kemarin libur karena ada pandemi,” ungkap Luki.
Ia memprediksi, jika tiap hari barang dagangannya selalu ramai seperti ini, keuntungan akan ia dapatkan. Serta bisa pulang lebih awal sebelum waktu yang direncanakan, yaitu tanggal 15 Agustus 2022.
Tidak hanya Luki, penjual atribut bendera musiman asal Garut lainnya yang mencari peruntungan rupiah di Semarang yaitu Wawan. Ia datang di kota ini sepuluh hari lalu.
Berbeda dengan Luki yang merupakan pendatang baru, Wawan sudah sepuluh kali berjualan di kota Atlas setiap menjelang hari kemerdekaan. Kali ini bapak berusia 43 tahun tersebut memilih lokasi jualan di Jalan Pamularsih.
“Sudah nyaman jualan di sini (Semarang) tiap Agustusan. Sekarang tinggalnya nyewa kos di belakang sana,” katanya sambil menunjuk rumah di belakangnya.
Lapak jualan Wawan pada siang itu, Rabu (3/8/2022), terlihat mencolok. Perpaduan warna merah dan putih dari berbagai macam atribut mendominasi di jalan. Seperti umbul-umbul, bendera, dan pernak-pernik lainnya.
Dari Garut ke Semarang ia membawa sebanyak empat karung atribut kemerdekaan untuk dijual. Terhitung hingga sepuluh hari, barang dagangannya sudah laku separuhnya.
“Kalau bendera yang paling ramai ya yang ukurannya tanggung (120 x 80 cm). Itu paling banyak dicari, soalnya ukuran segitu kan standar buat rumah-rumah,” lanjutnya.
Penjualan yang ramai inilah yang membuat Wawan memilih kota Semarang sebagai lokasi menjual bendera musiman. Terlebih letaknya tepat di pinggir jalan, banyak pengendara motor yang akan berhenti membeli atribut bendera dagangannya.
Bagi Wawan, tahun ini ia terbilang beruntung. Pasalnya kasus pandemi sudah mulai melandai dan kebijakan pembatasan juga mengalami pelonggaran.
Setelah dua tahun lalu tidak berjualan lantaran pandemi, ia berharap kali ini bisa pulang membawa keuntungan.
“Semoga di sini cepet habis banyak yang beli. Biar bisa cepet pulang ke rumah sambil bawa uang banyak buat keluarga,” pungkas Wawan.