Cek Kesehatan Gratis di Semarang: 1.997 Peserta, Perempuan Paling Dominan

Dickri Tifani
14 Views
3 Min Read
Seorang warga Semarang Selatan, Nuzula Niken Rahastri Haryono Putri menunjukkan buku KIA Kesehatan Ibu dan Anak, Senin (10/2/2025). (Foto: Dickri Tifani Badi/Indoraya)

INDORAYA – Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), yang dimulai sejak Januari, masih berlangsung hingga sekarang.

Pejabat Gubernur Jateng, Nana Sudjana, melakukan peninjauan langsung pelaksanaan CKG di Puskesmas Pandanaran, Senin (10/2/2025).

Dalam kesempatan tersebut, Nana Sudjana mendapatkan penjelasan rinci dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam. Ia juga menyapa peserta CKG yang hadir, yang bertepatan dengan perayaan ulang tahunnya di puskesmas tersebut.

Abdul Hakam melaporkan bahwa hingga saat ini, sebanyak 1.997 orang telah mengikuti pemeriksaan kesehatan yang dimulai sejak Januari. Sebagian besar peserta adalah remaja dan anak-anak sekolah, menunjukkan tingginya minat kalangan muda terhadap program ini, yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto.

Selain itu, Abdul Hakam mencatat bahwa peserta program CKG didominasi oleh perempuan.

“Kami menargetkan sekitar 80 persen dari total penduduk Kota Semarang, yakni 1,6 juta orang, untuk berpartisipasi dalam pemeriksaan kesehatan ini,” ujar Abdul Hakam.

Berbagai jenis pemeriksaan tersedia dalam program ini. Untuk bayi, pemeriksaan meliputi deteksi kekurangan hormon tiroid, G6PD, masalah hormon adrenal, penyakit jantung bawaan, dan kelainan saluran empedu.

Sedangkan untuk balita dan anak prasekolah, pemeriksaan meliputi pemantauan tumbuh kembang, serta deteksi penyakit seperti tuberkulosis, gangguan telinga, mata, gigi, talasemia (mulai usia 2 tahun), dan pemeriksaan gula darah (mulai usia 2 tahun).

Bagi orang dewasa, pemeriksaan meliputi deteksi masalah kardiovaskular, kebiasaan merokok, tingkat aktivitas fisik, status gizi, tekanan darah, gula darah, serta risiko stroke dan jantung mulai usia 40 tahun. Pemeriksaan fungsi ginjal, paru-paru, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) juga dimulai pada usia yang sama.

Program ini juga mencakup pemeriksaan kanker, termasuk kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30 tahun ke atas, serta kanker paru dan usus pada laki-laki mulai usia 45 tahun.

Sejak Januari, Dinkes Kota Semarang telah melakukan simulasi di seluruh puskesmas. Untuk puskesmas dengan fasilitas terbatas, CKG dilakukan dengan metode ‘Goes To’ atau penjadwalan setelah jam 12 siang agar tidak mengganggu layanan lainnya yang lebih sibuk di pagi hari.

Abdul Hakam menambahkan bahwa setiap puskesmas dilengkapi aula, sehingga meskipun puskesmas berskala kecil, pelaksanaan CKG tetap bisa dilakukan tanpa hambatan.

Lebih lanjut, program ini tidak hanya diakses di puskesmas. Pihak Dinkes juga melakukan pemeriksaan di lokasi-lokasi lain, seperti kantor kelurahan, perusahaan, dan pabrik.

Share This Article