Bupati Kudus Masih Melarang Pembukaan Pasar Hewan Karena Kasus PMK Melonjak

Redaksi Indoraya
8 Views
3 Min Read
Bupati Kudus Hartopo, didampingi Pelaksana harian Kepala Dinas Kesehatan Kudus, dokter Andini Aridewi, meninjau ruang Isolasi RSUD dokter Loekmono Hadi. (Foto : Pemkab Kudus)
INDORAYA – Penularan penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak di Kabupaten Kudus masih tinggi. Maka dari itu, Bupati Kudus HM Hartopo masih belum memperbolehkan pembukaan pasar hewan di wilayahnya.

“Penutupan sampai kondisi normal kembali. Paling tidak ada penurunan yang tidak terlalu signifikan akan kita buka,” jelasnya, Selasa (14/6/2022).

“Ini akan kita perpanjang karena kita masih ada lonjakan perpanjang lagi, dua pekan,” sambung dia.

Menurut Hartopo, pedagang yang dilarang berjualan di pasar adalah pedagang sapi dan kerbau. Sementara itu, pedagang kambing diperbolehkan berjualan di pasar hewan yang ada di Kudus.

“Pasar ternak sapi dan kerbau saya suruh nutup dulu, untuk kambing kita biarkan karena kambing sampai saat ini belum ada temuan,” ujar dia.

Hartopo juga menilai penanganan PMK terkendala dengan petugas di lapangan. Menurutnya saat ini hanya ada dua tim yang melakukan penanganan terhadap hewan ternak yang terkena PMK.

“Tentunya penanganan kali ini lebih baik baik daripada kemarin. Karena kita suruh bentuk tim, dan untuk tim itu ada dua tim karena keterbatasan SDM. Dua tim ini setiap hari mobile,” ujar dia.

Adapun peta penyebaran PMK Kabupaten Kudus per 12 Juni 2022 merata di sembilan kecamatan di Kudus. Terdapat 17 desa yang terdapat penularan PMK, lalu tercatat ada 296 ekor ternak yang mengalami gejala klinis, sebanyak 185 ekor sembuh.

Berikutnya 13 ekor dipotong paksa, ada 97 ekor tengah diobati dan satu ekor mati terkena PMK. Positif PMK ada 11 ekor di antaranya 10 ekor sembuh dan satu mati.

Terpisah, Kabid Peternakan dari Dinas Pertanian dan Pangan Kudus, Agus Setiawan mengatakan pasar hewan di Kudus masih ditutup. Pihaknya akan mengkaji dan mengevaluasi terkait dengan penutupan pasar hewan.

“Masih ditutup, nanti kita buat kajian dulu hasil evaluasi seperti apa, kita kaji dulu hasilnya seperti apa, kan berdasarkan kajian dan evaluasi tidak serta merta kita tutup,” kata Agus.

Agus menjelaskan terkait dengan stok obat hewan ternak terbatas. Jumlahnya pun tidak sampai 100 ekor ternak.

“Bantuan sama juga ini kegiatan sifatnya ya musibah, kita tidak pernah pemikiran seperti ini, ya sudah apa yang kita punya kita maksimalkan saja,” jelas Agus.

“Stoknya ada tapi tidak cukup, soal jumlah belum kita hitung,” tutup dia.

Share This Article