INDORAYA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang mengoptimalkan 19 early warning system (EWS) sebagai upaya deteksi dini bencana banjir. Alat pendeteksi ketinggian air itu terpasang di kelurahan/kecamatan di Kota Semarang yang rawan banjir saat musim hujan tiba.
Kepala BPBD Kota Semarang, Endro P Martanto mengatakan, EWS bertujuan untuk mendeteksi banjir lebih dini. Data EWS bakal digunakan sebagai pedoman mitigasi ancaman potensi bencana banjir di Semarang.
“Kami sudah ada 19 titik (terpasang EWS). Dan semuanya berfungsi,” kata Endro saat dihubungi Indoraya.news, belum lama ini.
Meski begitu, dia tidak menampik jika proses normalisasi sungai yang saat ini masih berlangsung turut mempengaruhi kondisi alat pendeteksi banjir tersebut. Sehingga, dari 19 itu enam titik dilakukan maintenance atau perbaikan.
“Ada beberapa titik masih maintenance karena proses normalisasi dari BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai Pamal-Juana). Titiknya di Meteseh, Wonosari, Karangroto, Bendung plumbon, Mangkang Kulon dan Pudak payung,” kata Endro.
Tak hanya maintenance, Endro juga tidak menampik bila masih ada daerah rawan banjir yang blank spot atau tidak terdapat EWS banjir. Meski ada, pihaknya tidak merinci daerah mana saja yang dimaksud itu.
“Masih ada beberapa wilayah yang membutuhkan EWS. Dan akan dipasang (EWS) pada tahun 2024,” ungkapnya.
Selain memastikan EWS bekerja secara maksimal, BPBD melakukan peningkatan kesiapsiagaan bencana. Melalui Kelomok Sadar Bencana (KSB), Karang Taruna, hingga Relawan di wilayah atau kelurahan-kelurahan rawan banjir.
Secara lebih rinci, EWS terpasang di 19 titik lokasi rawan banjir. Yakni di Meteseh, MU/MTS Darul Ulum Wates, Wonosari, SMP Hasanuddin 5, Karangroto, Pudak Payung, Tugu Suharto, Banjir Kanal Timur (BKT), Mayangsari, Intake Jatibarang.
Selanjutnya Kali Banger RS Pantiwiloso Citarum, Kali Siangker 1, Kali Siangker 2, Kali Tenggang Kaligawe, Kali Sringin Terboyo, Kali Silandak Kembangarum 1, Kali Silandak Kembangarum 2, Bendung Plumbon, dan Mangkang Kulon.


