INDORAYA – Sebanyak 14 sapi di Kabupaten Temanggung terjangkit Lumpy Skin Disease (LSD) atau penyakit kulit berbenjol.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Temanggung, Joko Budi Nuryanto menyebutkan, 14 ekor sapi yang terdeteksi penyakit LSD yakni di kecamatan-kecamatan pinggiran, di antaranya di Kecamatan Bejen 4 sapi, Wonoboyo 1 sapi, Gemawang 3 sapi, kandangan 3 sapi, Kranggan 1 sapi dan Kecamatan Kedu 1 sapi.
“Sebagian besar penyakit ini kami temukan di daerah Temanggung utara terutama perbatasan, karena sebagian besar peternak di daerah tersebut membeli ternak dari daerah Kendal dan Sukorejo serta daerah lainnya,” terangnya.
Joko mengatakan, penyakit LSD ini tidak separah saat penyakit kuku dan mulut (PMK) mewabah beberapa bulan lalu.
Namun demikian penanganan terhadap penyakit ini tetap wajib dilakukan, dengan tujuan agar tidak menyebar ke daerah lain.
Dikatakan, pihaknya jugsa sudah gencar melakukan sosialisasi kepada peternak dan masyarakat.
Sosialisasi ini membekali para peternak dengan informasi mengenai penyebab, gejala, dan cara pencegahan penyakit LSD. Upaya tersebut diharapkannya dapat mengantisipasi wabah LSD masuk dan menyerang ternak.
“Gejala yang ditimbulkan dari penyakit ini ialah timbulnya nodul-nodul atau benjolan pada kulit, demam tinggi, berat badan yang turun, dan hypersalivasi atau cairan air liur yang berlebih,” jelas Joko.
Ia menjelaskan, penyakit LSD ini disebabkan oleh virus Pox dan dapat menyerang sapi dan kerbau.
Meskipun tidak menular ke manusia, namun LSD menimbulkan kerugian yang besar.
Kerugian yang ditimbulkan berupa kehilangan berat badan, karena hewan tidak bernafsu makan, kehilangan produksi susu, mandul pada sapi jantan dan betina, keguguran, dan kerusakan pada kulit.
“Menular ke manusia tidak, penyebaran penyakit ini juga tidak semasif PMK, tapi paling besar kepada efek psikologi pada masyarakat,” terangnya.
Joko berpesan, para peternak perlu menjaga kebersihan kandang, melakukan disinseksi secara rutin, dan dilengkapi dengan melakukan vaksinasi.
Dirinya juga menekankan kepada para peternak untuk dengan segera melaporkan apabila menemukan gejala peyakit LSD pada sapinya.
Joko menambahkan, terkait dengan penanganan penanganan sapi yang terkena LSD sama dengan sapi yang kena penyakit mulut dan kuku (PMK), yakni dipisahkan dari sapi yang sehat.
Selain itu, para petugas di lapangan juga sudah dibekali vaksin PMK maupun LSD.
“Kalau ada kasus di satu desa, maka desa lain harus divaksin. Tujuannya mencegah jadi yang divaksin sapi yang masih sehat, kalau yang sudah terlanjut terserang penyakit ini harus diobati,” tandasnya.


