Ad imageAd image

Belasan Perempuan Milenial Semarang Antusias Ikuti Belajar dan Diskusi Pertanian

Dickri Tifani
By Dickri Tifani 15 Views
2 Min Read
Belasan perempuan milenial asal Kota Semarang kegiatan belajar dan diskusi pertanian yang bertajuk 'Girls Camp'. (Foto: Istimewa)

INDORAYA – Belasan perempuan milenial asal Kota Semarang kegiatan belajar dan diskusi pertanian yang bertajuk ‘Girls Camp’.

Adapun acara ini digelar di Gumuk Selo Duwur, Desa Batur, Getasan, Kabupaten Salatiga pada Kamis (31/8).

Acara berlangsung para peserta juga sangat antusias dengan berbagai kegiatan positif yang digelar Integrated Farm Semayur ID dan Sayur Sehat Pak Min.

Hal itu tampak saat mendengarkan kisahnya petani perempuan di Sayur Sehat Pak Min dan Semayur Id yang berlatar sebagai pebisnis perempuan, Konten Kreator di bidang pertanian, Novi Petani Happy dan seniman perempuan asal Kota Semarang, Kartika, yang turut berbagi kisahnya bersama para peserta Girls Camp.

“Kami mengusung tema Perempuan dari berbagai budaya yang saling belajar dan diskusi di bidang pertanian. Kegiatan ini di inisiasi atas dasar meningkatkan kapasitas perempuan untuk saling mendukung satu sama lain,” ujar Founder dan CEO Semayur Id, Dea Kadek saat ditemui di Universitas Diponegoro Semarang, Jumat (1/9).

Menurut Dea Kadek, perempuan adalah mereka yang berjalan bersama untuk saling bertumbuh dalam bidangnya masing-masing.

Dengan acara itu, pihaknya menyatakan berhasil telah menciptakan suasana baru dan ceria dalam Girls Camp. Salah satu keberhasilannya, pihaknya bisa menghadirkan sosok pemantik dari perempuan-perempuan dengan berbagai latar belakang.

“Tidak ada kesenjangan yang berjalan mengenai siapa yang lebih hebat, semua setara,” jelasnya.

Kadek menyebut, pihaknya juga mengajak para peserta untuk belajar mencangkul sebagai keseharian petani, menanam bibit sayur brokoli, hingga panen sendiri hasil kebun di Lereng Gunung Merbabu.

“Kami bukan menanam sayur, kami menanam cinta, Sebagai perempuan poli-culture, tagline ‘Menanam Cinta, Memasak Doa dan Melahirkan Karya’ ini cukup menggugah semangat para peserta,” tandasnya.

Sementara itu, konten kreator, Novi Petani Happy, mengungkapkan bahwa menjadi petani perempuan tidaklah mudah. Terlebih lagi awal karirnya menjajaki dunia perkontenan yang kerap kali dianggap tidak sesuai dengan keseharian petani pada umumnya.

“Dulu sering disindir saat berbicara sendiri didepan kamera, tapi saya berhasil membuktikan bahwa apa yang saya perjuangkan adalah hal yang menghasilkan. Bertani itu melelahkan, namun banyak senangnya,” pungkasnya.

Share This Article
Leave a comment