Ad imageAd image

Belajar Manajeman Waktu dengan Kuliah dan Aktif Berorganisasi

Athok Mahfud
By Athok Mahfud 9 Views
4 Min Read
Ravina Cahya Putri, mahasiswi Jurusan Politik dan Kewarganegaraan (PKn) Universitas Negeri Semarang (UNNES). (Foto: Athok Mahfud/Indoraya)

INDORAYA – Mahasiswa seringkali dihadapkan dengan dua pilihan yang dilematis, yaitu antara fokus kuliah atau aktif bergiat di organisasi. Namun bagi Ravina Cahya Puteri, keduanya sama-sama pentingnya.

Mahasiswi Jurusan Politik dan Kewarganegaraan (PKn), Universitas Negeri Semarang (UNNES) mengungkapkan, baik bidang akademik maupun pengembangan soft skill di organisasi dijalankannya. Hal itu pun membuatnya harus bisa membagi waktu.

Selain aktif mengikuti proses perkuliahan, Vina, sapaan akrabnya, juga aktif berkegiatan di berbagai organisasi. Di antaranya Himpunan Mahasiswa (Hima) PKn serta BEM Keluarga Mahasiswa Ilmu Politik (KMIP) UNNES.

Dari keaktifannya di dua organisasi tersebut, ia pun mengaku mendapatkan banyak pembelajaran. Salah satunya yaitu bagaimana cara memanajeman waktu antara kuliah dan kegiatan organisasi agar keduanya bisa berjalan.

“Terus jadi bisa lebih mengerti bagaimana memanajeman waktu, karena pas awal-awal kuliah jadwalnya masih padat. Harus bisa memanajeman waktu antara kuliah dan organisasi,” katanya kepada Indoraya belum lama ini.

Dirinya mengaku memiliki cara tersendiri dalam membagi waktu agar keduanya bisa sama-sama berjalan. Yaitu dengan menentukan skala prioritas. Namun di antara keduanya, yang lebih diutamakan yaitu perkuliahan.

“Cara membagi waktunnya dengan membuat skala prioritas. Jadi yang pertama kuliah baru organisasi, terus kepanitiaan-kepanitiaan. Jadi memang harus membuat skala prioritas sendiri, nanti lama-lama bisa sendiri membagi waktunya,” kata mahasiswi semester tujuh tersebut.

Perempuan asal Semarang itu mengungkapkan, sebelum mengikuti kegiatan organisasi, jika ada tugas-tugas kampus, dirinya akan mengerjakan tugas terlebih dahulu sebelum organisasi.

“Kalau organisasinya kan biasanya sampai malam. Nah sebelum organisasi ngerjain tugas-tugas dulu. Tapi ntar pas pulang dari kegiatan biasanya dilanjut nugas kalau gak capek,” tuturnya.

Menurut Vina, ada perbedaan antara kuliah dan organisasi. Pada organisasi dirinya akan terlibat dengan banyak orang. Menurutnya hal ini menjadi poin lebih karena membuatnya belajar cara berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain.

Selain itu, ketika di dalam kelas saat perkuliahan, seseorang akan lebih menggunakan kecerdasan intelektual. Sementara saat di organisasi, akan lebih mengutamakan kecerdasan emosional karena berhubungan dengan orang lain.

“Selama proses di kampus yang didapatkan mungkin kerja sama antara orang lain itu butuh pengendalian emosi juga. Dalam menghadapi sesuatu pasti menggunakan emosi juga selain dengan pikiran,” katanya.

Pengalaman Magang di Fraksi Gerindra Jateng

Selain dari perkuliahan dan organisasi, Vina juga mendapatkan pembelajaran dan pengalaman lain di luar itu. Yaitu saat dirinya magang di Fraksi Partai Gerindra Jawa Tengah (Jateng) selama dua bulan.

Pembelajaran langsung dari praktik di lapangan ini bahkan menambah wawasan Vina terkait dunia politik. Pasalnya pembelajaran di sekolah sifatnya hanya teori atau materi saja.

“Saya bisa tahu kegiatan fraksi ngapain aja, kegiatan kedewanan seperti ikut rapat paripurna yang sebelumnya gak pernah ikut secara langsung sekarang bisa ikut langsung. Juga bisa tahu cara mengurus administrasi di sini,” tuturnya.

Tidak hanya itu, pandangannya terhadap dewan juga semakin terbuka. Dan setelah magang dari Fraksi Partai Gerindra Jateng, stigma negatif terhadap anggota dewan selama ini menurutnya tidaklah sesuai.

“Setelah magang saya jadi tahu bahwa ternyata dewan itu kerjaannya banyak. Ada reses, jadi mereka gak hanya menetap di DPRD saja. Tapi keliling menjaring aspirasi,” ungkap perempuan berusia 21 tahun itu.

“Ilmu dari sini mahal, gak semua orang bisa magang. Sayang kalau misalkan disia-siakan begitu saja. Jadi ya pastinya nanti akan berusaha untuk menerapkannya,” katanya.

Menurut Vina, pengetahuan tentang politik dan pemerintahan sangat penting dimiliki oleh pemuda. Pasalnya pemuda merupakan aset berharga yang akan memegang kendali bangsa di masa depan.

“Karena pastinya pemuda adalah generasi penerus bangsa yang diharapkan bisa mengelola negara ini. Pemuda yang melek politik sangat berguna untuk bangsa dan negara,” pungkasnya.

Share This Article
Leave a comment