Ad imageAd image

Banyumanik Jadi Zona Tertinggi Wabah PMK, Dispertan Gencarkan Vaksinasi

Dickri Tifani
11 Views
3 Min Read
Sapi yang berada di Kelompok Ternak Sumber Rejeki, Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah. (Foto: Dickri Tifani Badi/Indoraya)

INDORAYA – Dinas Pertanian (Dispertan) Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), melaporkan sebanyak 48 hewan ternak terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Kecamatan Banyumanik mencatatkan jumlah kasus tertinggi dengnan 34 kasus dan Kecamatan Mijen tercatat 14 kasus. Dari total 48 kasus, tiga ekor ternak dilaporkan mati, sedangkan sisanya masih dalam proses pengobatan.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dispertan Kota Semarang, Shotiah, saat ditemui Indoraya.News di Kelompok Ternak Sumber Rejeki, Mijen, pada Rabu (15/1/2025).

Menurut Shotiah, tingginya jumlah kasus PMK di Banyumanik diduga terkait dengan adanya peternak yang membeli sapi dari Ambarawa. Dugaan ini dianggap sebagai titik awal penularan PMK di Kota Semarang.

Hanya dalam waktu seminggu, Dispertan menerima laporan mengenai 23 kasus PMK, dan angka tersebut terus meningkat dalam beberapa hari terakhir.

“Penyebaran pertama PMK di Kota Semarang memang dimulai dari Banyumanik,” ujarnya.

Untuk mengurangi penyebaran PMK, Dispertan mulai mengintensifkan vaksinasi, pada Rabu (15/1/2025) pagi, kepada 20 ekor sapi sehat di Kelompok Ternak Sumber Rejeki.

Shotiah menjelaskan vaksinasi ini sebagai langkah preventif untuk menanggulangi penyebaran PMK.

“Kota Semarang mendapatkan 225 dosis vaksin PMK dari Pemerintah Pusat, dengan 25 dosis sudah disuntikkan pada Desember 2024,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia menyebutkan  sisa 200 dosis vaksin telah didistribusikan dan disuntikkan pada ternak-ternak di Kelompok Ternak Sumber Rejeki antara Senin (13/1/2025) hingga Rabu (15/1/2025).

Namun, ia mengakui bahwa jumlah vaksin yang ada belum cukup untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi di seluruh Kota Semarang, mengingat populasi ternak yang mencapai 5.000 ekor.

Oleh karena itu, vaksinasi difokuskan pada daerah dengan populasi ternak terbesar, seperti Kecamatan Banyumanik dan Mijen, yang menjadi prioritas utama dalam upaya pencegahan PMK. “Kami fokuskan di Kelurahan Gedawang dan Jabungan, Banyumanik,” tuturnya.

Shotiah menambahkan bahwa tingginya jumlah populasi ternak di wilayah tersebut mempercepat penyebaran PMK. Oleh karena itu, ia mengimbau para peternak untuk menunda sementara waktu aktivitas jual beli ternak dan mengurangi kunjungan antar peternak guna mencegah penyebaran lebih lanjut.

Selain vaksinasi, Shotiah juga menegaskan bahwa sosialisasi terus dilakukan untuk mengantisipasi penularan PMK di kalangan peternak.

“Kami berharap vaksinasi dan pengobatan berjalan dengan baik untuk mencegah penularan PMK,” pungkasnya.

Share This Article