INDORAYA – Baliho kampanye pasangan calon wali kota Semarang nomor urut 2, Yoyok Sukawi-Joko Santoso (Yoyok-Joss) yang terpasang di sejumlah titik menjadi sasaran aksi vandalisme oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Gambar wajah Yoyok Sukawi yang ada di baliho atau spanduk dicoret dan ada tulisan “YS OUT.” Tulisan menggunakan spidol hitam itu menutupi wajah Yoyok Sukawi yang juga merupakan CEO klub sepakbola PSIS Semarang.
Diketahui akhir-akhir ini seruan “SAVE PSIS” dan “YS OUT” terus bergema, baik di media sosial maupun juga di ruang publik di Kota Semarang. Kejadian ini menuai perhatian publik dan dianggap merusak suasana demokrasi dan menodai marwah demokrasi Pilwalkot Semarang 2024.
Merespon hal ini, pengamat politik UIN Walisongo Semarang M Kholidul Adib menilai, aksi vandalisme terhadap baliho Yoyok-Joss menunjukkan eskalasi persaingan dalam Pilwalkot Semarang yang kian memanas.
Menurutnya, aksi ini bisa saja merupakan upaya dari pihak tertentu untuk menyerang Yoyok secara anarkis menggunakan isu PSIS. Dia menilai hal ini dapat menurunkan marwah dan spirit demokrasi.
“Kita berharap Pilwalkot Semarang berjalan demokratis, damai, dan bermartabat. Semua pihak diimbau untuk menjaga ketertiban dan tidak terpancing untuk membalas tindakan negatif.
Untuk menjaga suasana agar tetap damai dan menghindari adanya gesekan, Adib mengimbau kepada Yoyok Sukawi dan para pendukungnya untuk tidak membalas tindakan vandalisme tersebut.
“Dan jika ingin melaporkan tindakan vandalisme ini, sebaiknya ada bukti atau saksi yang cukup agar dapat diteruskan ke Bawaslu,” ujarnya.
Sementara pengamat Politik Universitas Wahid Hasyim Semarang (Unwahas), Joko Prihatmoko menyesalkan aksi vandalisme di Pilwakot 2024. Ia menilai, vandalisme terhadap baliho Yoyok-Joss merupakan bentuk politisasi yang tidak relevan.
Menurut Joko, Pilkada dan pengelolaan klub sepak bola PSIS Semarang yang dipimpin oleh Yoyok Sukawi adalah dua hal yang berbeda.
“Pilkada adalah kompetisi yang melibatkan banyak elemen masyarakat. Ini bukan hanya tentang sepak bola, tetapi memilih pemimpin yang memiliki visi untuk masa depan Kota Semarang,” katanya.
Menurutnya, sebagai CEO PSIS Semarang, Yoyok Sukawi tidak bisa mengontrol sepenuhnya hasil kompetisi, karena masih ada peran pelatih, manajer, dan pemain dalam keberhasilan mengelola tim.
Ia menduga bahwa pelaku vandalisme kemungkinan sedang emosi sebagai bentuk rasa cinta terhadap PSIS yang mengalami kekalahan dalam beberapa pertandingan terakhir. Namun penyaluran emosi tersebut disalurkan dengan cara yang kurang tepat.
Lebih lanjut dia mengajak masyarakat untuk lebih cerdas dan bijak dalam melihat dinamika pesta demokrasi di Pilwakot Semarang 2024.
“Saya yakin pemilih pilwalkot Semarang cukup dewasa dan bisa memilah antara urusan pilwalkot dan PSIS,” imbuh Joko Prihatmoko.