Atlet Taekwondo Binaan Pemprov Jateng Tewas Saat Latihan Akibat Kelelahan

Athok Mahfud
620 Views
3 Min Read
Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Jawa Tengah, Agung Hariyadi. (Foto: Dok. Athok Mahfud/Indoraya)

INDORAYA – Dinas Kepemudaaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) menyebut bahwa atlet taekwondo binaan Pemprov Jateng yang tewas saat latihan diduga akibat mengalami kelelahan.

Sebelumnya atlet taekwondo Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLOP) Jateng Agil Tri Nugroho (16), meninggal dunia saat latihan fisik di Stadion Jatidiri, Kota Semarang, pada Rabu (5/3/2025) malam.

Kepala Disporapar Jateng Agung Hariyadi mengatakan, kondisi fisik Agil saat melakukan latihan memang tidak mendukung. Akibat kelelahan ini atelt asal Boyolali itu pun pingsan dan sempat dilarikan ke rumah sakit.

“Pada saat latihan karena kondisi fisik nggak mendukung terus kelelahan terus pingsan, setelah dilakukan penanganan kondisi tidak bisa diselamatkan, sehingga dinyatakan meninggal di rumah sakit,” katanya saat dihubungi wartawan, Selasa (11/3/2025).

Berdasarkan informasi, Agil tidak punya penyakit bawaan. Hingga kini proses investigasi masih berlanjut dan belum rampung. Tidak hanya dilakukan secara internal dengan memeriksa pelatih, tapi melibatkan stakeholder terkait hingga pemerintah pusat.

Lebih lanjut, Agung juga telah konfirmasi kepada BPPLOP terkait dengan program pelatihan selama Ramadan. Menurutnya proses latihan tidak dilakukan secara full atau menyeluruh, maksimal diangka 80 persen dengan kategori ringan hingga sedang.
Menurutnya, keseluruhan cabang olahraga di bulan Ramadan hanya melakukan persiapan, yakni pelatihan fisik atau tidak terlalu berat.

“Secara keseluruhan program pelatihan di semua cabang olahraga itu memang intensitasnya 80 persen ke bawah. Artinya kategori sedang, kategori ringan dan sedang, tidak sampai ke 90 – 100 persen,” beber dia.

Menurutnya, proses pelatihan yang dilakukan para atlet menggunakan prosedur pengukuran dan telah mengacu pada SOP. Yakni dilakukan menggunakan spot science dengan pengukuran yang objektif dan mempertimbangkan kondisi masing-masing siswa.

“Pengukuran pakai spot science. Nanti ukuran-ukurannya itu bukan ukuran dari pelatih secara fisik, pengamatan, tapi pengukuran-pengukuran secara terukur dengan dukungan alat-alat ukur,” ungkap Agung.

Pihaknya pun menekankan agar BPPLOP Jateng lebih memperhatikan kondisi para siswa saat latihan sesuai dengan SOP yang berlaku. Sehingga hal serupa tak terulang kembali.

“Ada pengukuran-pengukuran yang menggunakan alat ukur. Itu yang di sini kita bisa tahu persis kondisi-kondisi dari para siswa. Itu yang kami tekankan berkali-kali,” tandas Agung Hariyadi.

Share This Article