INDORAYA – Hong Kong terancam krisis populasi manusia lantaran jumlah kelahiran anak kian menurun drastis dalam beberapa dekade. Menurut laporan United Nation Population Fund, Hong Kong memiliki tingkat kesuburan terendah di dunia.
Dalam beberapa minggu terakhir, Menteri Pendidikan Hong Kong, Christine Choi, mengatakan lima sekolah dasar tidak menerima dana subsidi karena terlalu sedikit murid yang mendaftar.
“Jika Anda mengatakan (menarik subsidi untuk) kelas yang kekurangan satu murid sama saja dengan tidak memiliki belas kasihan, maka hal yang sama juga bisa dikatakan untuk menariknya dari kelas yang berisi 14 murid. Berapa jumlah murid yang masuk akal, dalam hal ini?” tutur Choi bertanya kepada seorang reporter pada konferensi pers tentang pembatalan kelas Primary One.
Ia tidak menampik bahwa ini merupakan fakta dari turunya populasi manusia di negara tersebut. Akibatnya, kuantitas anak yang masuk sekolah juga menurun.
“Ini adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa populasi usia sekolah menurun,” kata Biro Pendidikan dalam sebuah dokumen yang diserahkan kepada Dewan Legislatif pada Maret.
Pada 2029, populasi usia sekolah yang berusia 12 tahun diperkirakan akan turun 16 persen dari 71.600 tahun ini menjadi 60.100.
Sebuah survei pada 2023 oleh Asosiasi Pengembangan Wanita Hong Kong (HKWDA) menunjukkan lebih dari 70 persen responden berusia 18 tahun ke atas mengatakan tidak memiliki rencana untuk melahirkan.
Selain itu, survei yang dilakukan Asosiasi Keluarga Berencana Hong Kong menyebut lebih dari 8.000 murid sekolah menengah pada 2022. Hasilnya, jumlah anak laki-laki dan perempuan yang ingin memiliki anak di masa depan telah anjlok dari 84 persen dan 80 persen.