INDORAYA – Akibat dibombardir serangan Israel, lebih dari 100.000 warga Palestina telah meninggalkan Rafah dalam beberapa hari terakhir.
Badan PBB UNICEF mengatakan, lebih dari 100.000 orang telah mengungsi, dan badan kemanusiaan PBB OCHA menyebutkan angkanya mencapai lebih dari 110.000.
Perhatian dunia internasional tertuju pada Rafah dalam beberapa pekan terakhir, wilayah yang menampung banyak penduduk Gaza yang tempatnya telah hancur dibombardir serangan Israel. Populasi di Rafah membengkak menjadi 1,5 juta orang karena menampung warga Palestina yang mengungsi.
Kepala OCHA di Gaza Georgios Petropoulos mengatakan, situasi di wilayah Palestina yang terkepung itu telah mencapai tingkat darurat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Perintah meninggalkan Rafah yang kami terima dari pemerintah Israel terkait dengan operasi militer di Rafah kini membuat 110.000 lebih pengungsi harus pindah ke utara,” katanya di Jenewa, Jumat (10/5/2024).
“Sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang telah mengungsi sebanyak lima atau enam kali,” katanya.
Negara-negara di seluruh dunia, termasuk pendukung utama Israel, Amerika Serikat, telah mendesak negara zionis itu untuk tidak memperluas serangan daratnya ke Rafah, dengan alasan kekhawatiran akan banyaknya korban sipil.
Hamish Young, koordinator darurat senior UNICEF di Jalur Gaza, menegaskan Rafah tidak boleh diserang, dan menyerukan agar bahan bakar dan bantuan segera disalurkan ke Jalur Gaza.
“Kemarin, saya berjalan-jalan di sekitar zona Al-Mawasi, di mana masyarakat di Rafah disuruh pindah,” katanya berbicara dari Rafah.
“Lebih dari 100.000 orang telah meninggalkan Rafah dalam lima hari terakhir dan aliran pengungsian terus berlanjut. Tempat perlindungan sudah berjajar di bukit pasir Al-Mawasi dan sekarang menjadi sulit untuk berpindah antara tenda dan terpal,” katanya.