6 Warga Jepang Meninggal Akibat Gelombang Panas Ekstrem

Redaksi Indoraya
7 Views
2 Min Read
Ilustrasi suhu panas. (Foto: Istimewa)

INDORAYA – Sebanyak enam orang meninggal dunia akibat gelombang panas ektrem di ibu kota Tokyo, Jepang.

Selama akhir pekan, Shizuoka menjadi wilayah pertama di Jepang yang mengalami suhu hingga 40 derajat celsius, melampaui ambang batas 35 derajat yang diklasifikasikan oleh pejabat cuaca negara itu sebagai sangat panas.

Cuaca panas ekstrem ini terjadi di tengah musim hujan di Jepang. Seorang pejabat cuaca Jepang mengatakan, kondisi ini sebagian disebabkan oleh sistem tekanan tinggi Pasifik Selatan yang kuat.

Suhu juga mencapai rekor tertinggi mendekati 40 derajat celsius, terjadi pada hari Senin (8/7/2024), di Tokyo dan di wilayah selatan Wakayama.

Beberapa hari terakhir ini pihak berwenang telah mengeluarkan peringatan serangan panas di sebagian besar wilayah negara itu, dengan mengimbau penduduk untuk menghindari berolahraga di luar ruangan dan menggunakan AC.

“Ini adalah keadaan darurat yang mengancam jiwa,” kata Hisako Ichiuji (60 tahun).

Ia sengaja mendatangi tempat wisata populer, Menara Tokyo, pada Selasa (9/7/2024), untuk mencari tempat berlindung dari panas.

Biasanya fasilitas seperti pusat komunitas atau perpustakaan dilengkapi dengan AC. Tempat perlindungan tersebut merupakan bagian dari skema yang diadopsi tahun ini yang mengharuskan pemerintah setempat untuk menyediakan tempat kepada masyarakat untuk beristirahat dari cuaca panas setelah peringatan dikeluarkan.

“Dahulu suhunya tidak seperti ini,” tambah Ichiuji.

“Saya pikir penting untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi, dan berlindung di fasilitas seperti ini,” jelasnya.

Ibu kota Jepang melaporkan terjadi tiga kasus kematian terkait dengan sengatan panas pada hari Sabtu dan tiga kematian lagi pada Senin kemarin.

“Tanpa AC, saya merasa sulit bertahan hidup,” kata warga Tokyo, Sumiko Yamamoto (75) tahun, yang merasa cuaca menjadi jauh lebih panas sejak tahun lalu.

“Melalui saran yang diberikan di TV, saya berusaha untuk tetap terhidrasi sebisa mungkin. Karena saya sudah tua, saya berhati-hati agar tidak pingsan,” katanya.

Serangan panas sangat mematikan terutama di Jepang, yang memiliki jumlah penduduk tertua kedua di dunia setelah Monako.

Share This Article