INDORAYA – Sebanyak 52.574 guru madrasah di Jawa Tengah (Jateng) belum tersertifikasi sebagai guru profesional. Guru madrasah ini mengajar di berbagai jenjang pendidikan, yaitu di Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA).
Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Jateng, Ahmad Faridi merinci, guru yang belum tersertifikasi di wilayahnya terdiri dari Non-PNS sebanyak 50.600 guru, PPPK 949 guru, dan PNS 1.025 guru.
Dia melanjutkan, guru madrasah yang sudah tersertifikasi ada sebanyak 51.103 guru. Terdiri dari Non PNS 34.332, PPPK 1.113, dan PNS 15.658 guru.
“Total guru madrasah di Jateng ada 103.677. Dari data, guru yang belum sertifikasi masih 50,71 persen,” kata Faridi saat ditemui di Kantor Kemenag Kanwil Jateng, Selasa (31/10/2023).
Menurutnya, dari jumlah guru yang belum tersertifikasi, 24 ribu guru mendapat insentif Rp 250 ribu per bulan. Sisanya masih ada 28.574 guru belum mendapat insentif. Program insentif ini wewenang dari pusat untuk membantu pengajar dalam mendapatkan upah yang lebih baik.
“Siapa yang mendapat insentif ini wewenang dari pusat. Tujuannya kami ingin guru madrasah sejahtera semua, tapi anggaran kami terbatas,” imbuh Faridi.
Dorong Penambahan Kuota Sertifikasi
Oleh sebab itu, Kemenag Jateng terus mendorong yayasan atau pihak swasta yang menaungi pendidikan madrasah untuk memperjuangkan tenaga pendidiknya. Setidaknya mereka bisa mendapatkan penghasilan yang layak atau minimal sesuai UMR.
Kemenag Jateng terus berusaha memperjuangkan nasib para guru dengan mendorong penambahan kuota sertifikasi ke pusat. Sedangkan per tahun jatah sertifikasi di Jateng hanya 1.700 orang.
“Kuota yang diberikan dari pusat 1.700 (sertifikasi). Harapannya ada penambahan kalau tidak antreannya akan tambah panjang,” ungkap Faridi.
Pasalnya, pendidikan madrasah di Jateng lebih banyak dijalankan oleh pihak swasta. Berdasarkan data Kemenag Jateng, total lembaga pendidikan madrasah di Jateng berjumlah 11.780. Sebanyak 11.472 di antaranya swasta dan negeri hanya 308 madrasah.
“Orang tua lebih senang menyekolahkan anaknya di swasta. Setiap tahun saja kita memberikan 100 izin operasional. Jadi ya sekolah swasta terus bertambah,” tandas Faridi.