INDORAYA – Berdasarkan riset dari Setara Institute, empat kota di Provinsi Jawa Tengah (Jateng) masuk ke dalam 10 besar kota paling toleran di Indonesia. Empat kota tersebut yaitu Kota Salatiga, Kota Surakarta, Kota Semarang, dan Kota Magelang.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Jateng, Haerudin usai menghadiri kegiatan Halalbihalal Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jateng di Viahara Tanah Putih, Semarang, Kamis (4/5/2023).
“Toleransi kita termasuk bagus. Yang saya ingat justru 10 besar kota paling toleran itu 4 ada di Jawa Tengah. Nah, kebetulan Salatiga itu urutan dua, yang tadinya satu pernah turun tiga, lalu kemudian sekarang tahun 2022 urutan tiga,” ungkapnya.
“Lalu kemudian Kota Surakarta itu urutan empat, kemudian Kota Semarang itu urutan tujuh, dan Kota Magelang itu urutan 10. Jadi 10 besar kota yang berukun, itu empat ada di Jawa Tengah,” imbuh Haerudin.
Lebih lanjut, pihaknya mengajak seluruh masyarakat, khususnya para tokoh lintas agama untuk terus menjaga dan memperkuat toleransi dan kerukunan umat beragama. Hal ini bisa dilakukan melalui pertemuan atau dialog lintas agama.
“Seperti Halalbihalal ini menjadi ruang kita bersama, momen untuk bertemu dan berkumpul. Ini semakin memperkuat bahwa Halalbihalal adalah milik semua umat manusia, bukan saja dari agama tertentu. Dan kerukunan umat beragama di Jateng hari ini bagus sekali, kerja samanya dengan lintas agama juga sangat bagus,” katanya.
Menambahkan Haerudin, Kepala Bidang Ketahanan Bangsa Kesbangpol Jateng Pradhana Agung Nugraha menegaskan, toleransi merupakan kunci utama dalam membangun persatuan bangsa Indonesia yang memiliki keberagaman.
Menurutnya, toleransi di Jateng tergolong bagus. Pradhana menyebut, berdasarkan penelitian yang dilakukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), indeks toleransi di Jateng bahkan melebihi nasional.
“Toleransi umat beragama itu penting sekali karena ada indeksnya dan itu diukur. Indeks toleransi Jateng saat ini di atas rata-rata nasional. Dan Jateng dijadikan model nasional, itu kata Kepala Pusat BRIN,” ungkap Pradhana.
Ia menyebut sejumlah indikator yang menjadi penilaian toleransi. Yakni bagaimana masyarakat bisa menerima perbedaan agama yang dibuktikan dengan hidup bertetangga dengan umat agma lain. Lalu kebebasan dalam mendirikan rumah ibadah.
“Indikator lainnya ikut merayakan hari besar agama lain. Dan juga bagaimana sikap anak kita main bersama dengan anak dari pemeluk agama lain. Jateng sudah baik toleransinya tetapi perlu ditingkatkan,” pungkas Pradhana Agung.