INDORAYA – Dua dari tiga kontainer furnitur atau mebel di Kabupaten Jepara yang siap ekspor terpaksa dipending pada bulan April 2025 ini gegara terdampak kebijakan kenaikan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) sebesar 32 persen.
Berdasarkan data ekspor komoditas furnitur dari kayu Kabupaten Jepara tahun 2018 hingga 2024, tercatat sebanyak 151 eksportir dengan 54 negara tujuan. Nilai ekspor furnitur kayu pada rentan tahun itu mencapai 174.811.327,3 USD atau sekitar Rp2,81 triliun.
Secara keseluruhan, ekspor semua komoditas dari Kabupaten Jepara mulai dari furnitur, alas kaki, hasil laut, dan lainnya pada tahun 2024 melibatkan 298 eksportir. Rinciannya ada 110 negara tujuan dan total nilai ekspor mencapai 589.578.041,32 USD.
Salah satu perusahaan yang melakukan eksportir tersebut ialah PT Raisa Furnitur, yang juga rajin mengirim furnitur ke AS tiap bulannya. Bahkan, tiap tahun, eksportir yang berlokasi di kawasan Bandengan, Jepara ini, bisa mengekspor sekitar 12 kontainer.
Tiap kontainer milik PT Raisa Furnitur berisi 200-300 furnitur seperti almari, meja hingga kursi. Nilainya variatif mulai dari Rp20.000 sampao Rp30.000 USD.
Manajer Marketing PT Raisa Furnitur, Hadiyatu Nasiah, mengaku belum bisa memastikan dampak secara keseluruhan karena kebijakan ini baru berjalan beberapa hari ini. Kendati demikian, saat ini, ia melihat adanya indikasi dampak tarif resiprokal AS.
Adapun indikasi yang dilihat, yakni berupa dua dari tiga kontainer yang siap ekspor terpaksa dipending seiring pengenaan tarif baru. Sedangkan satu kontainer lainnya, dikabarkan sudah sampai di AS dan dikenakan tarif baru.
“Setelah kebakaran hebat di Los Angeles, sebenarnya prospeknya cukup baik, tapi ternyata sampai sekarang malah belum ada order,” kata Hadiyatu kepada wartawan, Jumat (11/4/2025).
Perempuan yang karib disapa Dyah ini menambahkan, jika dihitung, penjualan ke AS sekitar 20% dari keseluruhan nilai ekspor furnitur perusahaannya. Angka ini, cukup membantu di tengah kondisi ekonomi global yang lesu belakangan ini.
Selain itu, lazimnya setelah lebaran, PT Raisa Furnitur juga mulai menerima order dari buyer di AS. Namun, hampir dua pekan setelah lebaran, belum ada order dari importir asal negara berjuluk Paman Sam itu.
“Makanya kita ada kekhawatiran [seiring kebijakan tarif resiprokal AS]. Perekonomian global, termasuk AS, lesu. Kalau tarifnya tinggi, kita khawatir ke depan seperti apa,” ungkap dia.
Sementara itu, Bupati Jepara, Witiarso Utomo alias Wiwit, menyatakan akan segera berdialog dengan kalangan pengusaha dan eksportir asal Jepara untuk mmastikan dampak tarif resiprokal AS.
Selain itu, Pemkab Jepara juga akan melakukan evaluasi untuk mencari pasar-pasar ekspor lain untuk produk furnitur selain Amerika Serikat.
“Saya yakin pemerintah pusat akan mengambil langkah strategis untuk menjaga daya saing ekspor furnitur dan produk lainnya di tengah memanasnya perang dagang antara AS dan China,” ucap Wiwit.
Berdasar data yang dikantongi Pemkab Jepara, ada sejumlah negara yang selama ini menjadi jujugan ekspor mebel. Beberapa di antaranya seperti Belgia, Inggris, Korsel, Jerman, Perancis, Italia, Spanyol, Australia dan lainnya.
“Kami mengimbau masyarakat dan pengusaha agar tidak panik. Kita segera bertemu pelaku ekspor untuk menentukan langkah ke depan untuk menghadapi dinamika pasar global,” tandas Wiwit.
_
Rep: Ainun N/Red: A. Delina