INDORAYA – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mencatat sebanyak 15.547 orang terkena penyakit berdarah dengue (DBD). Dari jumlah ini, 244 pasien DBD dilaporkan meninggal dunia.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jateng, Irma Makiah mengatakan, dari 15.547 kasus, mayoritas pasiennya ialah anak-anak. Begitu pula yang meninggal juga didominasi usia anak.
“Dari 15 ribu yang meninggal 244 pasien mayoritasnya anak-anak,” katanya saat dihubungi wartawan, Senin (6/1/2025).
Ia mengatakan, pasien paling banyak meninggal pada Triwulan I Tahun 2024. Yakni periode Januari hingga Maret ada 109 yang meninggal. Jumlah ini hampir 50 persen dari keseluruhan kasus.
Irma membeberkan mayoritas anak-anak terkena DBD karena daya tahan tubuh lebih rentan dibanding orang dewasa. Biasanya anak-anak ini juga baru pertama kali terserang DBD sehingga daya tahan tubuh mereka belum terbiasa.
“Kalau anak-anak rata-rata mungkin infeksi pertama. Jadi lebih rentan. Kalau anak-anak lebih gampang shock, DBD itu kan paling ditakuti adalah kejadian jatuh ke shock syndromenya alias DSS (Dengue Shock Syndrome),” bebernya.
Dinkes Jateng mencatat, Banyumas menempati posisi kasus DBD paling tinggi. Hal ini dikarenakan jumlah penduduknya juga paling banyak di Jateng. Setelah itu disusul Klaten dan Grobogan.
“Tahun ini (2024) paling banyak Banyumas, karena jumlah penduduk banyak. Kalau dilihat insidental hampir sama se-Jawa Tengah,” ungkap Irma.
Pihaknya mengimbau agar masyarakat menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Selain itu juga melakukan gerakan 3M, yaitu menguras, menutup, mengubur.
“Yang pertama tetap jaga imunitas tubuh, istirahat yang cukup, dan jaga asupan konsumsi,” tandas Irma.