INDORAYA – FBI mengumumkan bahwa mereka masih menawarkan hadiah sebesar US$1 juta, sekitar Rp15,86 miliar (US$1=Rp15.865,25), bagi siapa saja yang memiliki informasi yang dapat membantu membawa pulang jurnalis asal AS, Austin Tice, dengan selamat dari Suriah.
Penawaran tersebut diumumkan pada Minggu (8/12/2024), beberapa jam setelah runtuhnya rezim Bashar al-Assad, yang menyebabkan Tice kabur dari Suriah dan diyakini sekarang berada di Rusia.
“Mengingat kejadian baru-baru ini di Suriah, FBI memperbarui seruan kami untuk informasi yang dapat membantu menemukan lokasi yang aman, menemukan kembali, dan mengembalikan Austin Bennett Tice, yang ditahan di Damaskus pada Agustus 2012,” kata FBI.
Presiden Joe Biden juga sempat membahas Tice dalam pidatonya pada Minggu (8/12/2024), menanggapi jatuhnya rezim Assad.
“Kami menyadari bahwa ada warga Amerika di Suriah, termasuk mereka yang tinggal di sana. Begitu juga dengan Austin Tice, yang ditawan lebih dari 12 tahun yang lalu. Kami tetap berkomitmen untuk mengembalikannya kepada keluarganya,” katanya.
Austin Tice hilang di Damaskus pada saat ia bekerja sebagai jurnalis lepas untuk CBS, The Washington Post, dan The McClatchy Company.
Keluarga Tice mengungkapkan bahwa Austin sedang bepergian di pinggiran Damaskus, Darayya, untuk mengerjakan salah satu tugas jurnalistiknya pada 13 Agustus 2012, ketika dia ditahan di pos pemeriksaan. Dia seharusnya berangkat ke Libanon keesokan harinya dan kemudian kembali untuk menyelesaikan tahun terakhir sekolah hukumnya di Universitas Georgetown.
Sejak saat itu, keluarga Tice hanya menerima satu informasi dari penculiknya, yaitu sebuah video 43 detik yang muncul lima minggu setelah ia hilang. Video tersebut bertajuk “Austin Tice is Alive”, menunjukkan Tice bersama sekelompok pria bersenjata, tetapi tidak memberikan informasi lebih lanjut.
Pemerintah Suriah pada 2022 membantah memiliki atau mengetahui keberadaan Austin Tice, meskipun Presiden Biden sebelumnya menyatakan bahwa Washington yakin Tice ditahan oleh pemerintah Suriah.


